Pada bulan Ramadhan sekitar tahun ke-5 kenabian, Nabi Muhammad mendatangi Masjidil Haram. Saat itu Mekkah masih dalam kekuasaan orang-orang musyrikin quraisy dan di sekitar ka'bah masih terdapat banyak berhala-berhala yang dipuja oleh kaum musyrikin. Saat beliau saw memasuki wilayah tersebut, terdapat banyak kaum musyrikin quraisy dan tokoh-tokohnya sedang berkumpul. Lalu Nabi Muhammad saw mendatangi mereka dan membaca surah An-Najm secara tiba-tiba.
Kaum musyrikin quraisy sebelumnya tidak pernah mendengarkan secara langsung kalimat-kalimat Allah. Karena pada saat itu mereka memang sedang melancarkan program yang dilakukan secara terus-menerus yaitu seperti yang diabadikan Allah SWT dalam surah Fushshilat ayah 26 yang berbunyi:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَسْمَعُوا لِهَٰذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ
Dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka".
Maka ketika beliau saw membacakan surah An-Najm, kaum musyrikin quraisy tidak siap untuk menghindar dan mereka sudah terlanjur mendengarkan kalamullah yang sangat indah. Bahkan, karena keindahannya, semua orang yang ada di situ secara alami terfokus dan berkonsentrasi dengan kalimat Allah yang sedang dibacakan rosul-Nya sehingga tidak terpikirkan tentang program yang sedang mereka langsungkan itu.
Semua orang seperti tersihir. Waktu seakan berhenti bergulir. Semua telinga ingin untuk terus-menerus mendengar kalamullah yang keindahannya tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.
Hal ini terbukti ketika Nabi Muhammad saw telah sampai pada ayat terakhir dari surah An-Najm yang berbunyi,
فَاسْجُدُوا لِلَّهِ وَاعْبُدُوا ۩
Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia).
Lalu beliau saw bersujud. Maka tidak ada satu pun orang yang berada di sana yang bisa menahan diri untuk tidak ikut bersujud, maka bersujudlah mereka semua bersama Nabi Muhammad saw yang mulia. Sungguh, Allah telah menunjukkan kekuasaannya yang tak terbantahkan. Keindahan kalimat-kalimatnya telah meluluhlantakkan kebatuan hati mereka. Membuat bulu kuduk mereka merinding, dan telah menunjukkan kebenaran yang sebenar-benarnya sehingga mereka semua tidak bisa menahan diri untuk tidak bersujud.
Kejadian itu menuai kecaman dari kaum musyrikin quraisy yang pada saat itu tidak hadir. Tapi, karena kesombongan dan kekejian hati mereka, momen ini malah dijadikan senjata balasan untuk mendustakan Nabi Muhammad dan ayat-ayat Allah. Mereka justru melapor bahwa tidaklah mereka bersujud bersama Nabi Muhammad kecuali karena beliau saw memuja berhala-berhala yang ada di sana. Sungguh tidak mengherankan karena memang mereka suka berdusta dan hati mereka sudah begitu beku.
Terlepas dari pendustaan yang dilakukan oleh kaum musyrikin tersebut, ada beberapa poin yang bisa kita ambil dari kisah masyhur tersebut. Yaitu di antaranya: Al-Quran adalah kalamullah yang mulia dan sangat indah, berisi tentang kebenaran yang tak terbantahkan. Bahkan kaum musyrikin yang mendustakan ayat-ayat Allah pun ikut bersujud ketika diperdengarkan atas mereka surah An-Najm dan hati mereka bergetar tersentuh oleh keindahan dan kebenaran ayat-ayat Allah.
Lalu pertanyaannya adalah: bagi kita yang terlahir muslim, apakah hati kita bergetar ketika mendengar ayat-ayat Allah? Apakah kita juga akan bersujud ketika mendengar ayat-ayat as-sajadah? Apakah kita tertarik untuk terus mendengar kalimat-kalimat Allah? Mengambil pelajaran darinya? Mentadabburi ayat-ayatnya? Memuliakannya? Menjadikannya pedoman hidup? Jika tidak, jangan-jangan hati kita lebih tertutup dari pada hati kaum musyrikin Quraisy yang ketika diperdengarkan surah An-Najm mereka bersujud? Na'udzubillahimindzalik.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.