Comments

Sabtu, 28 Mei 2016

MABIT, apaan tuh?





MABIT? Apaan tuh?
          Eh jangan lupa salam dulu.. Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh..
Bagaimana kabarnya nih? Sehat semua kan? Oh iya kalian dah tau belum dengan salah satu kegiatan KAMUS FT yang satu ini? Iya MABIT hehehe. MABIT adalah Malam Bina Iman dan Taqwa. Kegiatan ini kami lakukan setiap sebulan sekali, mahasiswa umum juga boleh ikut lho… Kegiatan ini biasanya kami mulai dari ba’da asar sampai keesokan harinya. Banyak sekali hal-hal yang bisa kita lakukan pada kegiatan ini. Diantaranya ada kajian ilmu, sholat berjamaah, membaca Al-Ma’tsurat, makan malam hehehe, bincang-bincang ringan, sholat malam dan yang terakhir adalah olahraga bareng, bisa futsal atau hanya sekedar lari-lari di taman kampus. 

           Oh iya sampai lupa, biasanya kegiatan ini kami lakukan dimasjid kampus, jadi kalau temen-temen pernah melihat dimasjid kampus UTM malem-malem kok ada segerombolan orang yang menginap di sana, makan bareng disana dengan wajah yang berseri-seri hehehehe kemungkinan itu berarti ada kegiatan MABIT. Kegiatan ini kami lakukan untuk mempererat ukhuwah atau persaudaraan kita sebagai kaum muslim. Malu kan dengan Rasulullah dan juga para sahabat, mereka aja rela berkorban demi sahabatnya masa kita enggak sih… oh iya satu lagi, kalau misalkan temen-temen melihat ada kegiatan MABIT dari KAMUS FT, langsung join aja ya. Biar rame-rame masuk surganya nanti aamiin hehehe.
Sekian dulu ya kawan ku, hanya ini yang bisa admin sampaikan. Mudah-mudahan bermanfaat.  Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh…

Jumat, 27 Mei 2016

Are You Ready?



Hay sahabat KAMUS FT, Sudah berapa banyak bekal yg telah kita siapkan untuk menyongsong hari akhir nanti? Mudah-mudahan kita selalu merasa kurang dengan amalan amalan baik yang bisa kita lakukan. Aamiin. Kali ini admin akan mengajak antum semua untuk sejenak merenungkan sesuatu yang pasti akan terjadi pada kita semua. Yaps apalagi kalau bukan kematian.Terkadang kita hanya memikirkan bahwa kematian itu hanya milik orang lain. Padahal kematian juga akan mendatangi kita. Sudah berapa dosa yg telah kita lakukan. Dan sudah berapa bekal yg telah kita kumpulkan untuk menghadapinya??. Sobat KAMUS FT yang di cintai Allah, yuk mumpung masih ada kesempatan, kita persiapkan segala bekal yg bisa kita lakukan  saat ini sebelum kematian mendatangi kita. Are you ready?

Kamis, 26 Mei 2016

SEMANTIK 2016


ASSALAMU'ALAIKUM WRWB
Hai.... Hai... Sahabat KAMUS FT , Bagaimana kabar iman hari ini? Mudah-mudahan selalu dalam lindunganNya yaaaahhh hehe.
Kali ini admin akan memposting kegiatan yang sudah kita lakasanakan pada tanggal 23 April 2016 kemarin. Kira-kira apa ya??? Yups betul,, apa lagi kalau bukan SEMANTIK.........
SEMANTIK (Seminar Kemuslimahan Teknik) adalah salah satu kegiatan yang ada di UKMF KAMUS FT UTM, dimana kegiatan ini terbuka untuk seluruh mahasiswi UTM dalam rangka memperingati hari Kartini. Pada tahun ini SEMANTIK alhamdulillah dapat terlaksana dengan lancar dan dengan jumlah peserta kurang lebih 120 orang dari berbagai jurusan yang ada di UTM. Dengan menghadirkan pemateri lulusan ITS dan juga UGM diharapkan peserta dapat mengambil banyak manfaat dari kegiatan yang dilaksanak satu tahun sekali ini. Perlu diketahui juga bahwa kegiatan besar ini hanya melibatkan kepanitiaan dari akhwat (Muslimah) UKMF KAMUS FT, hal ini membuktikan bahwa kaum perempuan memiliki beberapa peran yang bisa dikatakan luar biasa sehingga menyanggah statement bahwa kaum perempuan hanya mengerti urusan dapur dan lain sebagainya. Sebagai mana Kartini yang telah memperjuangkan hak kaum perempuan pada waktu itu untuk bisa bersekolah di masa penjajahan dahulu.
Sekian dulu ya sahabat KAMUS FT, mudah-mudahan bisa bermanfaat buat kalian yang membaca maupun yang telah mengikuti acaranya kemarin. SEE YOU NEXT TIME.....
WASSALAMU'ALAIKUM WRWB..

Selasa, 08 September 2015

Ruang Tunggu Terbesar

Salah satu hal yang paling bisa membuat jantung seseorang berdetak sangat kencang adalah momen-momen menunggu untuk diwawancara. Biasanya, semakin dekat giliran kita, semakin gelisah kita. Keringat dingin bercucuran. Pikiran tiba-tiba mengeruh. Dan tentu saja, detak jantung berdetak tak karuan. Bahkan tak jarang ada yang merasa tiba-tiba belum siap untuk diwawancara. Ya! Tiba-tiba merasa tidak siap!

Bukankah ini hal yang sangat ironis?

Bagaimana kita bisa segugup atau segelisah itu ketika sedang menunggu giliran diwawancara semisal wawancara kerja? Atau menunggu giliran untuk presentasi sesuatu di depan orang-orang hebat? Atau mengikuti suatu audisi yang kita akan ditanya-tanya oleh juri? Kita bisa menjadi sangat khawatir ketika sudah dekat dengan giliran kita.

Tapi, coba renungkan. Bukankah sejatinya kita ini hidup adalah proses menunggu? Menunggu untuk "diwawancarai" di alam kubur? Bukankah nanti pun kita akan mempertanggung jawabkan apa-apa yang kita kerjakan?

Bukankah waktunya bisa datang kapan saja? Bukankah malah kita tak akan ditemani barang satu pun teman kecuali amal-amal kita? Bukankah yang seperti itu harusnya lebih menakutkan dan harusnya lebih bisa membuat kita menggigil ketakukan kala mengetahuinya?

Lantas? Kenapa kita tidak segugup itu dalam menanti datangnya hari di mana kita akan ditanyai di alam kubur?


Kamis, 06 Agustus 2015

Kisah Sujudnya Kaum Musyrikin Quraisy



Pada bulan Ramadhan sekitar tahun ke-5 kenabian, Nabi Muhammad mendatangi Masjidil Haram. Saat itu Mekkah masih dalam kekuasaan orang-orang musyrikin quraisy dan di sekitar ka'bah masih terdapat banyak berhala-berhala yang dipuja oleh kaum musyrikin. Saat beliau saw memasuki wilayah tersebut, terdapat banyak kaum musyrikin quraisy dan tokoh-tokohnya sedang berkumpul. Lalu Nabi Muhammad saw mendatangi mereka dan membaca surah An-Najm secara tiba-tiba.

Kaum musyrikin quraisy sebelumnya tidak pernah mendengarkan secara langsung kalimat-kalimat Allah. Karena pada saat itu mereka memang sedang melancarkan program yang dilakukan secara terus-menerus yaitu seperti yang diabadikan Allah SWT dalam surah Fushshilat ayah 26 yang berbunyi:


وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَسْمَعُوا لِهَٰذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ
Dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka".



Maka ketika beliau saw membacakan surah An-Najm, kaum musyrikin quraisy tidak siap untuk menghindar dan mereka sudah terlanjur mendengarkan kalamullah yang sangat indah. Bahkan, karena keindahannya, semua orang yang ada di situ secara alami terfokus dan berkonsentrasi dengan kalimat Allah yang sedang dibacakan rosul-Nya sehingga tidak terpikirkan tentang program yang sedang mereka langsungkan itu.

Semua orang seperti tersihir. Waktu seakan berhenti bergulir. Semua telinga ingin untuk terus-menerus mendengar kalamullah yang keindahannya tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.

Hal ini terbukti ketika Nabi Muhammad saw telah sampai pada ayat terakhir dari surah An-Najm yang berbunyi, 

فَاسْجُدُوا لِلَّهِ وَاعْبُدُوا ۩

Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia).
 

Lalu beliau saw bersujud. Maka tidak ada satu pun orang yang berada di sana yang bisa menahan diri untuk tidak ikut bersujud, maka bersujudlah mereka semua bersama Nabi Muhammad saw yang mulia. Sungguh, Allah telah menunjukkan kekuasaannya yang tak terbantahkan. Keindahan kalimat-kalimatnya telah meluluhlantakkan kebatuan hati mereka. Membuat bulu kuduk mereka merinding, dan telah menunjukkan kebenaran yang sebenar-benarnya sehingga mereka semua tidak bisa menahan diri untuk tidak bersujud.

Kejadian itu menuai kecaman dari kaum musyrikin quraisy yang pada saat itu tidak hadir. Tapi, karena kesombongan dan kekejian hati mereka, momen ini malah dijadikan senjata balasan untuk mendustakan Nabi Muhammad dan ayat-ayat Allah. Mereka justru melapor bahwa tidaklah mereka bersujud bersama Nabi Muhammad kecuali karena beliau saw memuja berhala-berhala yang ada di sana. Sungguh tidak mengherankan karena memang mereka suka berdusta dan hati mereka sudah begitu beku.

Terlepas dari pendustaan yang dilakukan oleh kaum musyrikin tersebut, ada beberapa poin yang bisa kita ambil dari kisah masyhur tersebut. Yaitu di antaranya: Al-Quran adalah kalamullah yang mulia dan sangat indah, berisi tentang kebenaran yang tak terbantahkan. Bahkan kaum musyrikin yang mendustakan ayat-ayat Allah pun ikut bersujud ketika diperdengarkan atas mereka surah An-Najm dan hati mereka bergetar tersentuh oleh keindahan dan kebenaran ayat-ayat Allah.

Lalu pertanyaannya adalah: bagi kita yang terlahir muslim, apakah hati kita bergetar ketika mendengar ayat-ayat Allah? Apakah kita juga akan bersujud ketika mendengar ayat-ayat as-sajadah? Apakah kita tertarik untuk terus mendengar kalimat-kalimat Allah? Mengambil pelajaran darinya? Mentadabburi ayat-ayatnya? Memuliakannya? Menjadikannya pedoman hidup? Jika tidak, jangan-jangan hati kita lebih tertutup dari pada hati kaum musyrikin Quraisy yang ketika diperdengarkan surah An-Najm mereka bersujud? Na'udzubillahimindzalik.

Minggu, 31 Mei 2015

Kajian Rutin Kitab Riyadhus Shalihin

Assalamua'alaykum wa rahmatulloh

Bagaiamana kabar antum? Semoga Alloh SWT selalu memberikan keimanan dan kesehatan sehinnga kita bisa selalu istiqomah untuk mempelajari ilmu agama islam.

KAMUS FT ada kajian ruitn kitab riyadhus shaolihin lho. monggo yang mau nambah ilmu agama. Bisa dibuat refreshing sejenak setalah 4 hari dalam 1 minggu kita belajar ilmu umum (kuliah). Apalagi ditambah dengan praktikum (Biasalah anak TEKNIK :-) penuh dengan kesibukan).
Nih ada kajian ini bisa diikuti. GRATISS LHOO. hehe..






Wassalamua'alaykum wa rahmatulloh.

Sabtu, 05 April 2014

Ketentuan Lomba Kartini's Day 2014


Ketentuan Umum Lomba
  1. Peserta merupakan mahasiswi UTM.
  2. Tema karya "Memperingati Hari Kartini"
  3. Karya yang diikutsertakan dalam lomba merupakan karya asli dan buka terjemahan atau sanduran.
  4. Karya tidak diperbolehkan mengandung SARA, Kekerasan dan Pornografi.
  5. Karya yang dikumpulkan belum pernah dipublikasikan di media cetak atau elektronik, serta tidak diikut sertakan dalam lomba lain.
  6. Melampirkan identitas (nama lengkap, alamat lengkap, nomor telepon dan email yang bisa dihubungi). 
  7. Panitia Kartini’s Day tidak diperkenankan mengikuti lomba.
  8. Peserta dapat mengirimkan maksimal 2 karya untuk setiap jenis lomba.
  9. Pengumpulan karya paling lambat tanggal 24 april 2014.
  10. Pemenang lomba akan diumumkan pada tanggal 26 April 2014, dalam SEMINAR Kartini’s Day.
  11. Peserta tidak diperkenankan menggugat keputusan Dewan Juri.
  12. Panitia mempunyai hak untuk mempublikasikan/share karya yang telah dikumpulkan oleh peserta lomba. 
---------------------------------------------------------------------------------------------

 Ketentuan khusus Lomba menulis Cerpen. 
1.    Naskah diketik dengan ketentuan berikut:
o  kertas A4
o  Font Times New Roman ukuran 12
o  Jarak spasi vertikal 1,5
o  Margin justified 2 cm.
o  Panjang naskah 3-5 halaman.
2.    Naskah dikirim langsung ke kamusft@gmail.com dengan subjek sebagai berikut: 
Jenis lomba_Nama peserta_Judul cerpen.
Dengan nama file: Nama Peserta_Judul Cerpen. 
 
Ketentuan khusus Lomba menulis Puisi.  
1.    Naskah diketik dengan ketentuan berikut:
o  Kertas A4
o  Font Times New Roman ukuran 12
o  Jarak spasi vertikal 1,5
o  Margin justified 2 cm
o  Panjang naskah maksimal 2 halaman atau 3000 karakter.
2.    Naskah dikirim langsung ke kamusft@gmail.com dengan subjek sebagai berikut: 
Jenis lomba_Nama peserta_Judul Puisi.
Dengan nama file: Nama Peserta_Judul Puisi. 
 
Ketentuan khusus Lomba Desain Poster.
1.    Desain poster dibuat dengan ukuran A4 tanpa garis tepi.
2.    Penilaian lomba desain poster:
o    Ide, gagasan atau pola pikir yang dimiliki peserta yang disampaikan melalui poster.
o    Kesesuaian karya dengan tema.
o    Kemudahan pemahaman oleh viewer (Komunikatif, informatif, edukatif dan provokatif).
o    Poster memberikan informasi yang berguna bagi masyarakat.
o    Poster bersifat persuasif atau mengajak masyarakat sesuai dengan ide yang dituangkan didalam poster.
o    Keunikan karya.
o    Komposisi gambar : - Warna - Tata letak objek dalam gambar.

Sabtu, 20 April 2013

Cut Nyak Dien, Sang Ratu Jihad dari Serambi Mekkah ( Nanggroe Aceh Darussalam )


                                                 Cut Nyak Dien " Sang Ratu Jihad"


Dhien hidup di  waktu yang sama dengan Alexandrina Victoria, Ratu Britania Raya. Dhien juga  lahir ketika perang saudara tengah melanda Aceh. Perang yang melibatkan dua  kubu di wilayah VI Mukim dan Meuraksa. Perang akhirnya menjadi bagian yang  tidak terpisahkan hingga maut menjemput usia. Abdul Haris Nasution, Jenderal  Besar Indonesia menyebut Dhien sebagai Ibu Gerilya Indonesia yang berperang  sampai tenaga terakhir (Petrik Matanasi (ed.), 2008: 8).

Dilihat  dari garis keturunannya, Dhien termasuk  dalam Bangsawan Aceh. Ayahnya Teuku Nanta Setia, seorang , sekaligus  keturunan Machmoed Sati, perantau dari Sumatra Barat . Machmoed  Sati mungkin datang ke Aceh pada abad ke-18, dimana Aceh diperintah oleh Sultan  Jamalul Badrul Munir. Sedang Ibu Cut Nyak Dhien adalah putri uleebalang  Lampagar (Petrik Matanasi (ed.), 2008: 8).

Hidup sebagai  bangsawan tidak selamanya dirasakan Dhien. Dhien hanya merasakan kenikmatan ini  ketika dia lahir pada 1848 di Lampadang, aceh besar  Lamnga XIII, pecahlah Perang Aceh  pada 26 Maret 1873. Ketika Perang Aceh ini meletus, seruan jihad langsung  melanda seantero Aceh. Praktis sang suamipun harus meninggalkan Dhien untuk  berjihad.

Sepeninggal  sang suami, hidup Dhien senantiasa dilanda kekhawatiran. Bayangan syahidnya  Teuku Ibrahim Lamnga tidak pernah absen mengisi pikiran wanita yang menikah di usia  12 tahun ini. Kekhawatiran tersebut akhirnya menjadi kenyataan ketika Teuku  Ibrahim Lamnga benar-benar syahid pada 29 Juni 1878 di Sela Glee Tarum. Sepeninggal  sang suami, kini Dhien harus hidup berdua dengan anak pertamanya.

RA Kartini dan Kyai Sholeh Darat, Sejarah Bangsa yang Digelapkan Penjajahan Kafir Belanda

          R.A Kartini                       K.H. Shaleh Darat

Assalamualikum
hi Adik" kamus FT :-) sekarang bertepatan dengan hari Kartini di Negeri Ini, pada tahu buku RA. KARTINI   ?? (Habis Gelap terbitlah terang) mau tahu asal usulnya dan seberapa besar perjuangan kartini untuk muslimah sebelum dia dibunuh oleh belanda?? ini dia Cekidot..


Selama ini Al-Fatihah gelap bagi saya.  Saya tak mengerti sedikitpun maknanya. Tetapi sejak hari  ini ia menjadi terang-benderang sampai kepada makna tersiratnya,  sebab Romo Kyai telah menerangkannya dalam bahasa Jawa  yang saya pahami.”.


            Salah satu murid Mbah Kyai Sholeh Darat yang terkenal, tetapi bukan dari kalangan ulama adalah Raden Ajeng Kartini. Karena RA Kartini inilah Mbah Sholeh Darat menjadi pelopor penerjemahan Al-Qur’an ke Bahasa Jawa. Menurut catatan cucu Kyai Sholeh Darat (Hj. Fadhilah Sholeh), RA Kartini pernah punya pengalaman tidak menyenangkan saat mempelajari Islam. Guru ngajinya memarahinya karena dia bertanya tentang arti sebuah ayat Qur’an.


Biografi


Ayah Kartini - Raden Mas Adipati Ario Sosroningra


            Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hinggaHamengkubuwana VI. Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.



         Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.

Surat Curhat Galau
Dalam suratnya kepada Stella Zihandelaar bertanggal 6 November 1899, RA Kartini menulis;
          Mengenai agamaku, Islam, aku harus menceritakan apa? Islam melarang umatnya mendiskusikan ajaran agamanya dengan umat lain. Lagi pula, aku beragama Islam karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, jika aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya?
           Alquran terlalu suci; tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun, agar bisa dipahami setiap Muslim. Di sini tidak ada orang yang mengerti Bahasa Arab. Di sini, orang belajar Alquran tapi tidak memahami apa yang dibaca.
Aku pikir, adalah gila orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghafal Bahasa Inggris, tapi tidak memberi artinya.
      Aku pikir, tidak jadi orang soleh pun tidak apa-apa asalkan jadi orang baik hati. Bukankah begitu Stella?

RA Kartini melanjutkan curhat-nya, tapi kali ini dalam surat bertanggal 15 Agustus 1902 yang dikirim ke Ny Abendanon.


     Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa perlu dan manfaatnya. Aku tidak mau lagi membaca Alquran, belajar menghafal perumpamaan-perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti artinya.

        Jangan-jangan, guruku pun tidak mengerti artinya. Katakanlah kepada aku apa artinya, nanti aku akan mempelajari apa saja. Aku berdosa. Kita ini teralu suci, sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya.

Bertemu Kyai Sholeh Darat


Kalau membaca surat surat Kartini yang diterbitkan oleh Abendanon dari Belanda, terkesan Raden Ajeng Kartini sudah jadi sekuler dan penganut feminisme. Namun kisah berikut ini semoga bisa memberi informasi baru mengenai apresiasi Kartini pada Islam dan Ilmu Tasawuf.


Mengapa? 

Karena dalam surat surat RA Kartini yang notabene sudah diedit dan dalam pengawasan Abendanon yang notabene merupakan aparat pemerintah kolonial Belanda plus Orientalis itu, dalam surat surat Kartini beliu sama sekali tidak menceritakan pertemuannya dengan Kyai Sholeh bin Umar dari Darat, Semarang — lebih dikenal dengan sebutan Kyai Sholeh Darat. Alhamdullilah, Ibu Fadhila Sholeh, cucu Kyai Sholeh Darat, tergerak menuliskan kisah ini.

Takdir, menurut Ny Fadihila Sholeh, mempertemukan Kartini dengan Kyai Sholel Darat. Pertemuan terjadi dalam acara pengajian di rumah Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat, yang juga pamannya.

Kemudian ketika berkunjung ke rumah pamannya, seorang Bupati Demak, RA Kartini menyempatkan diri mengikuti pengajian yang diberikan oleh Mbah Sholeh Darat. Saat itu beliau sedang mengajarkan tafsir Surat al-Fatihah. RA Kartini menjadi amat tertarik dengan Mbah Sholeh Darat.

Kyai Sholeh Darat memberikan ceramah tentang tafsir Al-Fatihah. Kartini tertegun. Sepanjang pengajian, Kartini seakan tak sempat memalingkan mata dari sosok Kyai Sholeh Darat, dan telinganya menangkap kata demi kata yang disampaikan sang penceramah.
Ini bisa dipahami karena selama ini Kartini hanya tahu membaca Al Fatihah, tanpa pernah tahu makna ayat-ayat itu.

Setelah pengajian, Kartini mendesak pamannya untuk menemaninya menemui Kyai Sholeh Darat. Sang paman tak bisa mengelak, karena Kartini merengek-rengek seperti anak kecil. Berikut dialog Kartini-Kyai Sholeh.

“Kyai, perkenankan saya bertanya bagaimana hukumnya apabila seorang berilmu menyembunyikan ilmunya?” Kartini membuka dialog.
Kyai Sholeh tertegun, tapi tak lama. “Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?” Kyai Sholeh balik bertanya.

“Kyai, selama hidupku baru kali ini aku berkesempatan memahami makna surat Al Fatihah, surat pertama dan induk Al Quran. Isinya begitu indah, menggetarkan sanubariku,” ujar Kartini.
Kyai Sholeh tertegun. Sang guru seolah tak punya kata untuk menyela. Kartini melanjutkan; “Bukan buatan rasa syukur hati ini kepada Allah. Namun, aku heran mengapa selama ini para ulama melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al Quran ke dalam Bahasa Jawa. Bukankah Al Quran adalah bimbingan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?”

Dialog berhenti sampai di situ. Ny Fadhila menulis Kyai Sholeh tak bisa berkata apa-apa kecuali subhanallah. Kartini telah menggugah kesadaran Kyai Sholeh untuk melakukan pekerjaan besar; menerjemahkan Alquran ke dalam Bahasa Jawa.

Habis Gelap Terbitlah Terang
Dalam pertemuan itu RA Kartini meminta agar Qur’an diterjemahkan karena menurutnya  tidak ada gunanya membaca kitab suci yang tidak diketahui artinya.  Tetapi pada waktu itu penjajah Belanda secara resmi melarang orang menerjemahkan al-Qur’an.  Mbah Sholeh Darat melanggar larangan ini, Beliau menerjemahkan Qur’an dengan ditulis dalam huruf “arab gundul” (pegon) sehingga tak dicurigai penjajah.

Kitab tafsir dan terjemahan Qur’an ini diberi nama Kitab Faidhur-Rohman, tafsir pertama di Nusantara dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab. Kitab ini pula yang dihadiahkannya kepada R.A. Kartini pada saat dia menikah  dengan R.M. Joyodiningrat, seorang Bupati Rembang.  Kartini amat menyukai hadiah itu dan mengatakan:
Selama ini Al-Fatihah gelap bagi saya.  Saya tak mengerti sedikitpun maknanya. Tetapi sejak hari  ini ia menjadi terang-benderang sampai kepada makna tersiratnya,  sebab Romo Kyai telah menerangkannya dalam bahasa Jawa  yang saya pahami.”
{inilah dasar dari buku “Habis gelap terbitlah terang” bukan dari sekumpulan surat menyurat beliau,.. sejarah telah di simpangkan, (penulis red)}.

Melalui terjemahan Mbah Sholeh Darat itulah RA Kartini menemukan ayat yang amat menyentuh nuraninya yaitu:
Orang-orang beriman dibimbing Alloh dari gelap menuju cahaya (Q.S. al-Baqoroh: 257).
Dalam banyak suratnya kepada Abendanon,  Kartini banyak mengulang kata “Dari gelap menuju cahaya” yang ditulisnya dalam bahasa Belanda: “Door Duisternis Toot Licht.” Oleh Armijn Pane ungkapan ini diterjemahkan menjadi “Habis Gelap Terbitlah Terang,” yang menjadi judul untuk buku kumpulan surat-menyuratnya. 

Surat yang diterjemahkan Kyai Sholeh adalah Al Fatihah sampai Surat Ibrahim. Kartini mempelajarinya secara serius, hampir di setiap waktu luangnya. Namun sayangnya penerjemahan Kitab Faidhur-Rohman ini tidak selesai karena Mbah Kyai Sholeh Darat keburu wafat.

Kyai Sholeh membawa Kartini ke perjalanan transformasi spiritual

Pandangan Kartini tentang Barat (baca: Eropa) berubah. Perhatikan surat Kartini bertanggal 27 Oktober 1902 kepada Ny Abendanon.
Sudah lewat masanya, semula kami mengira masyarakat Eropa itu benar-benar yang terbaik, tiada tara. Maafkan kami. Apakah ibu menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban.Tidak sekali-kali kami hendak menjadikan murid-murid kami sebagai orang setengah Eropa, atau orang Jawa kebarat-baratan.
Dalam suratnya kepada Ny Van Kol, tanggal 21 Juli 1902, Kartini juga menulis; 

Saya bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam, yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang Islam sebagai agama disukai.
Lalu dalam surat ke Ny Abendanon, bertanggal 1 Agustus 1903, Kartini menulis;

Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah.